Taman Gantung Babilonia.
pasti kita pernah mendengar sebuah tempat yang luar biasa itu. tetapi dimana dan bagaimana cerita dan wujud taman gantung itu?
pasti kita pernah mendengar sebuah tempat yang luar biasa itu. tetapi dimana dan bagaimana cerita dan wujud taman gantung itu?
taman gantung babilonia dikenal pula sebagai Taman Tergantung Semiramis dan tembok-tembok Babylon adalah salah satu di antara Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang terletak di Al-Hillah, 50 kilometer selatan Baghdad, Irak di sebelah tebing timur Sungai Euphrates. Taman
Tergantung sebenarnya tidaklah betul-betul tergantung seperti terikat
dengan tali. Namanya berasal dari terjemahan kata Yunani Kremastos atau
kata Latin pensilis, yang bermaksud bukan hanya tergantung tetapi
anjung, seperti terletak di atas berandah atau suatu teras.
Taman
ini dibangun oleh Nebukadnezar II, cucu Raja Hammurabi yang terkenal,
sekitar tahun 600 SM sebagai hadiah untuk istrinya yang merindukan
rumahnya, Amyitis. Amytis merindukan pohon-pohon dan tanaman wanginya
di Persia, sedangkan dalam tulisan lain dikatakan bahwa istri
Nebukadnezar II bernama Amuhia dan ia berasal dari Nusantara. Taman
ini diperkirakan hancur sekitar 2 abad sebelum masehi. Kemudian Taman
gantung ini di dokumentasikan oleh sejarawan Yunani seperti Strabo dan
Diodorus Circulus.
Lembaran
sejarah paling tua yang mencatat karya arsitektur yang dilengkapi
taman sebagai wujud cinta kasih terhadap seseorang yang sangat
disayangi adalah di Mesopotamia, Irak purba. Dalam catatan Herodotus,
seorang penulis Yunani kuno, disebutkan bahwa saat Raja Nebukadnezar
II yang menjadi raja di Kerajaan Babylon baru (605-562 SM), telah
memerintahkan untuk membuat taman gantung yang sangat indah, sebagai
hadiah kepada Amytis, sang permaisuri yang sangat disayanginya.
Taman
gantung merupakan wujud arsitektur pertamanan khas Mesopotamia, yang
telah dikenal rakyat Mesopotamia sejak masa pemerintahan Raja
Hammurabi di Kerajaan Babylon lama (1792-1750 SM). Di antara
bangunan-bangunan kota yang tinggi mencuat di permukaan tanah itulah
biasanya ditanami tanaman-tanaman yang indah, sehingga dari kejauhan
terlihat seperti taman yang menggantung.
Taman
gantung yang dibangun Raja Nebukadnezar II yang puncak kejayaannya
sekitar 612 SM, kemudian menjadi sangat terkenal ke seluruh penjuru
dunia dan dikagumi rancangannya hingga kini. Taman Gantung Babylon ini
kemudian menjadi monumen agung Kerajaan babylon yang tiada duanya.
Luas taman ini diperkirakan 4 are (1 acre = 4046.86 m²). Wujud
arsitekuralnya sangat unik, karena bertingkat-tingkat. Taman ini
ditanami berbagai pepohonan indah dan dilengkapi sistem pengairan hingga
ketinggian 100 meter di atas permukaan tanah. Dari puncak taman ini
dapat disaksikan pemandangan di sekeliling Kerajaan Babylonia.
SEJARAWAN
Mesir kuno, Herodotus, yang hidup sekitar tahun 450 SM, pernah
mengatakan, "Keindahan Kota Babilon melampaui keindahan kota-kota
tersohor di dunia." Ia mengatakan hal itu setelah melihat tembok kota
yang dibangun Raja Nebuchadnezzar II yang berkuasa selama 43 tahun-sejak
tahun 605 SM-begitu indah dan kokoh.
Nebuchadnezzar
pula yang membangun Taman Gantung. Konon, menurut cerita, taman itu
dibangun Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya, Amyitis, putri Raja
Medes dari Media yang rindu pada kampung halamannya. Agar Amyitis
betah tinggal di Babilon, maka dibangunlah taman itu yang kini
tercatat sebagai salah satu keajaiban dunia.
Perkimpoian
Nebuchadnezzar dan Amyitis adalah perkimpoian politik. Tujuan utama
Nebuchadnezzar adalah mempersatukan Kerajaan Babilonia dan Media.
Diodorus
Siculus, sejarawan Yunani pada masa itu, menggambarkan hebatnya Taman
Gantung bagi Amyitis. Menurut Diodorus, lebar taman itu 400 kaki
(sekitar 130 meter), panjangnya 400 kaki, sedangkan tingginya lebih
dari 80 kaki (sekitar 26 meter). Padahal, tembok Kota Babilon, menurut
Herodotus, 320 kaki (sekitar 106 meter).
Cerita
Taman Gantung Babilon adalah cerita cinta antara Nebuchadnezzar dan
Amyitis. Kisah ini mirip cerita pembangunan Taj Mahal di Agra, India.
Taj Mahal adalah bangunan cinta.
Salah
satu bangunan yang disebut paling indah di dunia itu dibangun atas
perintah Sultan Sjah Jahan (Sjahjahan). Adalah "cinta dan kesetiaan"
pada istrinya, Arjumand Bano Begum yang juga dikenal dengan nama Begum
Mumtaz Mahal (Mahkota Kerajaan), yang mendorong Sjah Jahan
memerintahkan untuk membangun Taj Mahal.
Bangunan
makam yang terbuat dari marmer putih itu dibangun pada tahun
1631-1653 dengan mengerahkan 22.000 pekerja serta puluhan arsitek,
seniman, dan ahli bangunan dari berbagai negara, termasuk Italia dan
Perancis. Batu marmer dikumpulkan dari seluruh India, seperti Makrana
dan Rajasthan. Batu-batu khusus didatangkan dari Rusia, Cina,
Afganistan, Persia, Asia Tengah, dan Yaman.
Kini,
peninggalan Kerajaan Dinasti Neo-Babilonia itu masih dapat disaksikan
di Babilon. Kompleks kota raja konon luasnya 21 kilometer persegi.
Ekskavasi hingga kini terus dilakukan. Di antara yang sudah terlihat
dan sudah direstorasi adalah Istana Nebuchadnezzar yang total luasnya
52.000 meter persegi. Selain itu, bangunan lain yang sudah direstorasi
adalah Kuil Ishter, Kuil Nabu, dan Kuil Ninimakh serta Pintu Gerbang
Ishtar (ini merupakan pintu gerbang yang menghadap ke utara).
CERITA
tentang Babilon tidak bermula dari sini. Bertahun-tahun sebelumnya,
ketika dunia "masih muda", cerita tentang Babilon sudah ada. Kota yang
terletak sekitar 90 kilometer sebelah selatan Baghdad dan diapit dua
sungai besar, Tigris dan Eufrat, itu memang kaya legenda, cerita, dan
sejarah. Misalnya, cerita tentang Menara Babel.
Kisah
Menara Babel yang melambangkan keangkuhan, kesombongan manusia, itu
sudah disebut-sebut dalam Kitab Penciptaan, Kitab Suci Perjanjian
Lama. Pembangunan menara itu diprakarsai oleh Nimrod, anak cucu Nabi Nuh
di zaman Babilon kuno, jauh tahun sebelum zaman Nebuchadnezzar.
Orangtua Nimrod adalah Cush, putra Ham.
Bahkan,
demikian menurut cerita, Kota Babilon dan Ninive juga mula pertama
dibangun oleh Nimrod. "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota,
dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Marilah kita
cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh Bumi," demikian antara
lain bunyi ajakan Nimrod kepada orang-orangnya, seperti yang ditulis
dalam Kitab Penciptaan.
Lambert
Dolphin dalam The Tower of Babel and The Confusion of Languages
berusaha mencari jawaban mengapa mereka membangun menara seperti itu.
Untuk apa menara itu dibangun? Mencari kepuasan diri dan kemegahan diri.
Itulah jawaban singkat Lambert Dolphin.
Pembangunan
sebuah kota, seperti yang dilakukan Nimrod ketika itu, melambangkan
dambaan manusia untuk terus berkumpul. Mereka, ketika itu, takut
tercerai-berai dan hidup di tempat yang belum mereka kenal berhadapan
dengan bahaya. Karena itu, didirikanlah sebuah kota-Babilon dan
Ninive-sebagai pusat kegiatan, sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
Akan
tetapi, ketika mereka membangun menara dengan mengatakan, "Marilah
kita cari nama, marilah memegahkan diri", di saat itulah kemanusiaan
manusia berkuasa. Menara dibangun untuk kebutuhan badan, jiwa, dan
semangat. Bahkan, mereka ingin membangun menara yang mencapai langit.
Kalau perlu dapat memanah Matahari dari puncak menara. Pendek kata,
menara dibangun untuk pemuasan diri.
Inilah,
yang menurut kisah, yang menjadi penyebab turunnya hukuman dari Tuhan
sehingga mereka tercerai-berai dan tidak bisa memahami bahasa mereka
satu sama lain.
Sindrom
Menara Babel itu pula, yang menurut para sejarawan, merasuki
Nebuchadnezzar II, yakni dengan membangun Taman Gantung dan Menara Babel
di kompleks istananya. Ia membangun kompleks istana begitu megah,
yang sekarang sisa-sisanya masih bisa dilihat, dan memerintah dengan
tangan besi.
Babilon di zaman Nebuchadnezzar II, yang memerintah pada tahun 605-562 SM, mencapai masa keemasan.
SAAT
pasukan gabungan pimpinan AS menggempur Irak sekarang ini, cerita
Menara Babel itu muncul lagi. Apa yang dicari George W Bush? Apakah ia
seperti Nimrod dan orang-orang yang mengatakan, "Marilah kita cari
nama", saat hendak membangun Menara Babel?
Kalaupun
Bush tidak mengatakan seperti itu, suka tidak suka, saat ini sindrom
Menara Babel itu sudah merasuki dunia. Pembangunan Menara Babel
dimaksudkan untuk menyeragamkan manusia zaman itu dalam satu budaya.
Saat
ini pun demikian. Semua ada di bawah dominasi budaya, yakni budaya
kapitalisme, satu hegemoni, yakni hegemoni komunikasi AS. AS yang
merupakan satu-satunya adikuasa di dunia ini berusaha memaksakan
kehendaknya dengan segala cara dan upaya, termasuk perang.
Ketika
Divisi Infanteri Ke-3 AS bergerak dari Kuwait ke Baghdad beberapa
hari lalu, banyak yang khawatir akan nasib situs sejarah yang
sebenarnya dapat mengajak orang untuk selalu bercermin bahwa memegahkan
diri, mencari nama untuk diri sendiri, adalah awal dari kehancuran.
Hingga
kini, memang Babilon masih selamat. Tetapi, andaikan nanti Kota
Babilon-kata Babilon berasal dari bahasa Akkadia dan berarti Pintu
Tuhan-menjadi sasaran, maka semuanya hanya akan tinggal cerita: cerita
tentang kebesaran Babilon
Source://goorna.blogspot.com/
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar